BAB I
PENDAHULUAN
I.I DEFINISI PROPAGANDA
Propaganda berasal dari
bahasa Latin modern yaitu propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Dalam arti lebih luas propaganda yaitu suatu rangkaian
pesan yang bertujuan untuk memengaruhi
pendapat dan kelakuan
masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan
informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.
Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan
fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi
rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran
kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
Propaganda
adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi,
memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung
perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku
propaganda.
Sebagai komunikasi
satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator
dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda
sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan
pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat
disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam
teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai macam teknis,
setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara
harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol
sosial.
I.A Macam-macam definisi propaganda
Definisi propaganda modern
Propaganda
adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi,
memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi
yang diinginkan.
—Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell, Propaganda And Persuasion
Definisi teori menurut para ahli :
Jacques Ellul mendefinikan
propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok
terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam
tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu,
diersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan
atau organisasi. Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi
dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.
Dalam
Everyman's encyclopedia, propaganda merupakan suatu seni untuk
menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan
agama atau politik.
Leonard W. Dobb,
sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan
usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan
untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan
sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok
tersebut.
Jozef Goebbels,
Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: "Sebarkan
kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang,
akan membuat publik menjadi percaya." Tentang kebohongan ini, Goebbels
juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang
diubah sedikit saja.
1.II TUJUAN PROPAGANDA
Propaganda bertujuan untuk menyebarkan ide, informasi, atau rumor untuk membantu atau melukai suatu institusi, atau seseorang.
Propaganda bertujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.
1.III LATAR BELAKANG MASALAH
Propaganda adalah suatu seni persuasi yang di mana yaitu suatu sikap
yang berbentuk atau membujuk orang lain. Permasalahannya terkadang
propaganda digunakan oleh penguasa untuk mencari dukungan dari
rakyatnya. Dan akhirnya prestasi penguasa itu dipaparkan secara
berlebihan sehingga muncul suatu mitos dari berbagai kepercayaan di
kalangan massa akan kehebatan dan keperkasaan para penguasa. Dengan
demikian, hampir disetiap upaya untuk mempengaruhi opini publik,
termasuk lobi, iklan komersial, dan pekerjaan misi, dapat secara luas
dianggap sebagai propaganda. Sindiran terhadap propaganda dapat
ditemukan dalam tulisan-tulisan kuno (misalnya, Retorika
Aristoteles),namun penggunaan terorganisir propaganda tidak berkembang
sampai setelah Revolusi Industri, ketika instrumen modern propagandis
komunikasi diaktifkan pertama lalu dengan mudah menjangkau audiens
massa.
BAB II
2.I Pengertian propaganda
Propaganda merupakan
salah satu bentuk komunikasi massa. Propaganda sendiri berasal dari kata
propagare artinya menyebar, berkembang, mekar. Carl I Hovlan
menambahkan bahwa propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara
tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap.
Propaganda timbul dari kalimat sacra congregatio de propaganda fideatau
dari kata Congregatio de propaganda fide atau Congregation for the
Propagandation of Faith tahun 1622 ketika Paul Grogelius ke 15 mendirika
organisasi yang bertujuan mengembangkan dan mengembangkannya agama
katolilk Roma di Italia dan Negara lain.
Karya
Klasik Lasswell, Propaganda Technique in the World war (1927)
mengajukan salah satu usaha hati-hati yang pertama kali mendefenisikan
Propaganda: “Propganda semata merujuk pada control opini dengan
symbol-simbol penting, atau berbicara secara lebih konkret dan kurang
akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk
komunikasi social lainnya. (Seperti yang di kutip oleh Werner J. Severin
–Jamesa W Tankard ,Jr. Teori Komunikasi, dalam Teori Komunikasi:
Sejarah, Metode, Terapan di Dalam Media Massa.)
Kata 'propaganda' berasal dari
bahasa Latin. Awalnya berarti 'gagasan untuk disebarkan ke sekeliling'. Namun dalam
Perang Dunia I,
artinya berubah menjadi 'gagasan politik yang ditujukan untuk
menyesatkan. Selain itu juga tokoh-tokoh komunikasi dan para ahli yang
lainnya mencoba memberikan defenisi propaganda, diantaranya:
Enclyclopedia International
Propanda adalah suatu jenis komunikasi
yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan
tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan. Arti
dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular yang cenderung
menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap kekuatan
dipropaganandis.
Enclyclopedia berbahasa Indonesia On Line (wikkipedia).
Propaganda ialah sebuah
informasi. Informasi itu telah di
rancang agar orang merasakan cara tertentu atau mempercayai sesuatu. Infomasi itu biasanya bersifat
politik.
Lasswell
Propaganda dalam arti yang luas,
adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan
memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal ini berarti
kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok).
Barnays
Propaganda
modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus
untuk menciptakan atau membentuk peristiwa-peristiwa guna mempengaruhi
hubungan public terhadap suatu uasha atau kelompok.
Drs. R.A Santoso Sastropoetro
Propaganda
adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan
secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah
laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan
oleh komunikator.
Prof. Onong Uchyana Efendi
Propanganda
adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan
berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar
melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau
dipaksa.
Drs. R. Roekomy
Propaganda
adalah usaha mempengaruhi orang lain berdasarkan factor-faktor
psikologis tentang sesuatu yang baru atau belum diakui kebenarannya agar
terbuat sesuai dengan yang dirahapkan.
Prof. Dr. mar`at
Propanganda
itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta
sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau
cara/usaha ini dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang
untuk mempengaruhi pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain.
Prof. DR.H.C.J. Duyker
Bahwa
siapapun yang melakukan propaganda meyebarkan pesan-pesan, mempunyai
keinginan untuk mengubah sikap, pendapat, tingkah laku dari sesame
manusia sebagai objeknya.
William Albig
Pada awalnya kegiatan propaganda didasarkan pada kokunikasi dari mulut ke mulut dan media cetak yang mencapai kelompok kecil.
2.2. Unsur-Unsur Propaganda.
Dalam propaganda ada beberapa unsur-unsur terbentuknya sebuah komunikasi, diantaranya:
1. Adanya komunikator, penyampaian pesan.
2. Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menetukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
4. Pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa adar mencapai tujuannya yang aktif.
5. Sarana atau medium (media), yang tepat dan susuai atau serasiu dengan situasi dari komunikan.
6. Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang
secepatnyadan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
8. Tercapainya tujuan kepada aspek kognitif, afektif dan konatif.
2.3. Tipologi propaganda
Propagandis
mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan
harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari
bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari propagandis
untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan cara apapun yang
pengalihan atau kebingungan.
Propaganda
adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut
kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa
itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan
untuk tuduhan palsu.
propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:
"propaganda putih" berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
"propaganda hitam" berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.
"propaganda abu-abu" berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.
Propaganda telah berkembang
dalam perang psikologis di mana propaganda menemukan ekstensinya.
Propaganda politik yaitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau
golongan untuk pencapaian tujuan strategis dan taktis.
Propaganda sosiologi yaitu melakukan perembesan budaya kemudian masuk ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.
2.4. Teknik-teknik propaganda
Pemberian julukan (Name calling)
adalah penggunaan julukan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau
ideologi dengan memberinya arti negatif.
Glittering
Generality (Glittering Generality) adalah penyampaian pesan yang
memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk diinginkan oleh
banyak orang atau mempunyai dukungan luas.
Teknik
transfer adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk, atau
organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai kredibilitas
baik/ buruk.
Tebang pilih (Card
stacking) adalah suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun
kasus dimana yang terlihat hanya satu sisi suatu isyu saja, sementara
fakta yang lain tidak diperlihatkan.
Penyamarataan
yang berkilap (Glittering generalities) adalah teknik dimana sebuah
ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal baik seperti kebebasan,
keadilan, dan demokrasi.
Manusia
biasa (Plain folks) adalah salah satu teknik propaganda yang
menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan
bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.
Cara
ini banyak digunakan untuk kampanye untuk memperoleh kekuasaan politik
(kursi presiden, bupati, pemerintah daerah). Biasanya acara telah
dirancang sedemikian rupa saat individu yang dicalonkan lewat, maka ia
akan mencium bayi, bersalaman dengan orang biasa, hingga memeluk orang.
2.5. Komponen propaganda
Pihak yang menyebarkan pesan,
berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang
menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
Komunikan
atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian
melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.
Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan efektif.
Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.
Kebijaksanaan
atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak
dicapai. Dilakukan secara terus menerus. Terdapat proses penyampaian
gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.
Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.
Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang
kongkrit
untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
2.6. Analisis masalah
(Studi
Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum “Media Indonesia
“, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group)
2.7. Tinjauan Analisis.
Pada Harian Umum (HU) “Media
Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang
survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur
lapindo. Saya mencoba sedikit mengamati fenomena propaganda yang
dijalankan oleh Media Group khusunya pada Koran Harian Umum (HU) “Media
Indonesia” tentang korban Lumpur lapindo. Untuk mencoba menganalisis
propaganda media maka harus terlebih dahulu kita bahas unsur-unsur
komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell. Kenapa? Sebab pada dasarnya
formula yang ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih dalam
hal-hal yang terkait dengan kegiatan propaganda.
Adapun unsure-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:
Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.
Berangkat dari sanalah mari kita
bersama menganalisis proses propaganda pada Harian Umum (HU) “Media
Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang
survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur
lapindo.
Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who).
Pertama,
Jelas sekali pada Survei Litbang Media Group ini yang menjadi kepala
(otak) adalah Media Group itu sendiri. Perusahaan yang dipimpin oleh
Surya Palloh ini rupanya memanfaatkan betul sekali “kesempatan emas”
untuk menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda.
Walaupun pada dasarnya dalam survei ini melibatkan publik dengan survei
yang mencakup 480 responden dewasa yang dipilih secara acak dari buku
petunjuk telepon resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni
Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada
dasarnya Media Group tetap mempunyai “kepentingan” dan agenda setting
media tersendiri. Yang mana keduanya (kepentingan dan agenda setting)
dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus mungkin. Berangkat dari
sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi
sebuah media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media,
analisis framing dan yang lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda
ini adalah korban lumpur Lapindo.
Kedua, unsur ke”apa”an (Says What),
untuk
unsur yang kedua ini kita dapati dari judul (Head Line) besar pada
halaman rubrik tersebut. Pada rubrik “Analisis” ini “Media Indonesia”
mengangkat judul (Head Line) “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari
judul tersebut secara langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang
diangkat oleh Media Indonesia terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21
Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group
mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo, fokus analisisnya lebih
kepada keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo yang dianaktirikan
atau tidak diperhatikan. Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media
Indonesi” tengah berupaya untuk melakukan propaganda kepada seluruh
pihak khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih
memperhatikan dan mengutamakan korban lumpur lapindo.
Lebih
dalam lagi jika kita analisis lewat analisis teks media, maka semakin
jelasnya upaya propaganda “Media Indonesia”. Misalnya “Media Indonesia”
menulis: “Ironisnya, nasib warga Porong korban luimpur sampai hari ini
masih tak menentu, meski pada tingkat kebijakan sudah ada perjanjian
bahwa Lapindo akan mengganti semua aset pihak lain, termasuk warga, yang
lenyap karena luberan lumpur panas. Hak mereka atas tanah tempat
tinggalnya yang tenggelam, yang seharunya sudah emreka terima hingga
kini belum juga cair” (paragraf.12).
Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel).
Para
proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang
digunakan tentunya adalah koran atau media cetak, karena pada dasarnya
“Media Indonesia” bergerak dalam dunia media cetak. Namun jika kaca mata
analisisnya ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam menghimpun data
dan opini masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui opini
yang sedang berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan
media survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan
wawancara terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat
di enam kota besar yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung,
Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei yang dilakukan oleh Media Group,
tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili pendapat seluruh
indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di kota
tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada
tingkat kepercayaan 95%. (paragraf. 2).
Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To Whom).
Mengacu
pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya maka
yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh pihak.
Namun jauh dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general ditujukan
kepada seluruh pihak, pasti ada pihak yang dikhususkan. Begitu juga
dengan propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” juga. Maka yang
menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah pemerintah. Dari judul
(Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah terlihat
bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran pemerintah
terhadap korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu juga hal
ini diperkuat dengan teras (lead) yang ditulis “Media Indonesia”:
“Mayoritas masyarakat menilai tidak puas terhadap kinerja pemerintah
dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat perhatian
pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya”.
Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect).
Jika
menganalisi dari segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang
diangkat yaitu korban lumpur yang dianaktirikan, “Media Indonesia
menulis: “Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi tersebut membuat
kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak
terbayangkan bagaimana hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas
yang yang menenggelamkan rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak
ribuan orang terpaksa mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus
berarti mereka juga kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan
pertanian maupun pabrik-pabrik yang terpaksa ditutup” (Paragraf.16).
Dari tulisan “Media Indonesia” di atas jelasnya sungguh besar efek yang
ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga
menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alasan
terkuat bagi “Media Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya
pemerintah bisa lebih memerhartikan kepentingan-kepentingan korban
lapindo selayak-layaknya, layaknya seoarang ibu kepada anak kandungnya
bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.
Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon).
Pada
dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan
terkendali, walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap
menghiasi aksi protes dan unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.
Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik).
Dari
foto berita yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa
melihat bagaiman situasi yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka
protes dan berunjuk rasa dengan cara memblokir kereta api, hal ini
dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja pemerintah dalam
menangani korban Lapindo.
Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan).
Jika
saya simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media
Indonesia” berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih
langsung penanganan korban Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out
dalam menangani kasus ini bukan dengan setangah hati, bisa lebih
memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan rakyatnya.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori-teori yang dikembangkan oleh
Lasswell, Ellul dan Bernays adalah penting untuk sejumlah alasan. Secara
keseluruhan, penelitian para ulama dibahas dalam makalah ini telah
sangat penting untuk memahami media, manipulasi publik, dan pembentukan
opini publik.Sementara teori, Lasswell, Bernays, dan Ellul dibentuk
tahun lalu, mereka terus membantu kita memahami masyarakat yang
mengelilingi kita hari ini.
3.2 KRITIKAN
Teori seperti Ellul cenderung
sisi berat dengan model efek langsung, dimana propaganda langsung dapat
mempengaruhi pikiran massa.
Inilah
garis pemikiran yang menghasilkan titik awal untuk penelitian masa
depan di bidang efek terbatas dari media. Efek terbatas seperti
ditunjukkan melalui karya Iyengar dan Kinder, serta McCombs dan Shaw.
3.3 SARAN
Teori tersebut harus sesuai
dengan garis pemikiran yang menghasilkan titik awal untuk penelitian
masa depan di bidang efek terbatas dari media.
Kisman.