Minggu, 25 November 2012

Bahaya Virus Sekularisme


Bahaya Virus Sekularisme
Ini soal sekularisme, ada yang mempertanyakan bagaimana sekularisme dalam perannya, ternyata mengandung bias menjauhkan agama dari pemeluknya. Lalu bagaimana sekularisme bisa menjadi suatu keyakinan sebagaimana layaknya manusia meyakini agama. Tentu tidak lepas dari kampanye kaum sekuler yang meletakkan sekularisme sebagai dasar aktualisasi berpikir, dengan mengenyampingkan bias agama sebagi way of life, kemudian menanamkan keyakinan kalau agama adalah racun yang membius pemeluknya menjadi kalap mata dan bertindak anarkhis. Pernyataan itu sering muncul dari orang orang yang berpendapat bahwa agama adalah privat, bukan pandangan hidup, lalu menyuguhkan konsep pemikiran manusia sebagai pandangan hidup yang harus di taati, artinya sekularisme menawarkan kehendak manusia lebih sakral dari kehendak tuhan, sehingga menempatkan tuhan sebagai barang antik di musium peninggalan benda benda kuno.
Tetapi apa sekularisme , sehingga begitu kuat pandangan barat dan penganutnya membela dan memperjuangkan sekular, layaknya memperjuangkan agama? Bahkan demi sekularisme dan kontennya, mareka sanggup menggadaikan nyawanya, seperti melibatkan orang orang cerdik pandai dalam aksi aksi turun kejalan dengan berbagai cara, selain berusaha menguasai media untuk menjadi corong penyebar paham paham sekuler. Bahkan hampi semua media pencerdesan manusia diarahkan pada sekularisasi, dengan suatu target, tak ada lagi manusia yang membanggakan agama.
Sekuler artinya adalah: bersifat dunia atau kebendaan yaitu bukan bersifat
keagamaan atau kerohanian. Orang yang sekularis adalah orang yang menganut aliran filsafat yang menghendaki agar kesusilaan atau budi pekerti tidak didasarkan pada ajaran agama. Sedangkan
sekularisme adalah paham atau pandangan filsafat yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988).
(Nah, tidak perlu kita gali jauh-jauh mengenai pengertian sekuler, sekularis dan sekularisme, karena sudah ada didepan hidung dan mata kita di Daulah Pancasila dengan UUD 1945-nya yang sekuler.
Jadi, kalau saya membahas masalah sekuler, sekularis dan sekularisme waktu
sekarang-sekarang ini, sebenarnya sudah ada dan hidup di Daulah Pancasila
tanpa disadari. Karena itu, memang tidak benar kalau ada yang mengatakan
bahwa mereka telah dibagi-bagi menjadi golongan manusia sekuler dan non
sekuler oleh orang yang berpikiran dikotomi dan tidak universal.
Justru menurut saya, karena telah dijadikannya dasar falsafah negara
pancasila yang sekuler itulah yang menyebabkan rakyat Daulah Pancasila
terbagi kedalam golongan sekularis dan non sekularis.
Jadi sebenarnya, menurut pemikiran saya, para pendiri Daulah Pancasila yang
telah berkomitment untuk menjadikan pancasila sebagai falsafah negara,
mereka itulah, baik disadari atau tidak, merupakan sumber timbulnya
sekularisme di Daulah Pancasila. )
Pancasila ternyata melahirkan keyakinan colors suatu bangsa, terpecah dalam ambisi saling mempertahankan eksitensi kelompoknya, adalah nilai sekurisme yang paling menonjol, mempertemukan anak bangsa dalam sebuah jurang pemisah yang paling dalam. Bukti bahwa Daulah Pancasila tidak mampu berbuat mengatasi kemelut bangsa, bahkan menggagas lahirnya banyak masalah kebangsaan dengan akuan berbangsa yang berbeda dalam haluan bernegara. Daulah Pancasila cerminan dari sebuah gagasan sekularisme yang gagal menyatukan kesatuan bangsa, bahkan mengantar bangsa ini dalam sebuah kencah perpecahan, mulai dari cara berpikir, berkelompok dan bernegara, akan senantiasa berada pada upaya merombak kebijakan kebijakan sebelumnya dan oleh pemimpin sebelumnya.
Tak ada ceritanya sebuah negara sekuler itu merdeka atau bebas dari sebuah tekanan kelompok mayoritas, sehebat apapun negaranya. Karena pada hakikatnya rumusan sekuler itu lahir dari benak atau otak manusia yang penuh dengan keterbatasan yang kelebihannya adalah kekuarangannya. Sekularisme pada intinya adalah melanggengkan hidup manusia meyakini dunia sebagai tujuan akhir, sehingga tidak memerlukan konsep agama dimasukkan dalam rumusan berbangsa, bahkan tuhan hanya sebatas pengakuan belaka, bukan melibatkan tuhan dalam kehidupan bernegara, karena beranggapan cukup dengan konsep manusia sebagai solusi masalah bangsa dan negara. Otak manusia di fungsikan untuk melahirkan gagasan gagasan bersifat formula atau kiblat suatu bangsa atau negara.
Munculnya tuntutan atas nama HAM, menjadi biasa di kalangan hamba hamba sekularisme, karena kontrol bangsa menyuratkan siapa saja bisa menjadi kontrol, sehingga para penyamun, bajak darat dan laut , perampok, tokoh tokoh rumah rumah bordel, para penjudi dan kaum petualang lainya dapat menjadi kontrol negara. Penegakkan hukum menjadi sangat tipis, karena sarat dengan kepentingan kekuasaan politik, yang lahir dari gagasan sekular. Hukum menjadi sulit ditegakkan oleh negara manakala negara berhadapan dengan kelompok yang terikat dengan kenegaraan, atau hukumnya menjadi kendor dan bertele tele, tidak mudah selesai, meskipun sudah jelas faktanya. Atau sama sekali menjadi orang yang bebas tuduhan atas nama hukum rekayasa manusia, sekalipun setumpuk saksi dihadirkan
Dalam bidang ekonome, terjadi penindasan proteksi oleh sistem yang berlaku, dengan menempatkan kalangan konglomerat sebagai pengendali ekomome secara tidak langsung. Maksudnya adalah ukuran suatu harga ditentukan para distributor yang rentans masalah manipulasi, dengan memihak pada pelaku bisnis tententu. Sementara kesataran hidup layak tidak dirasakan para petani, nelayan atau rakyat secara utuh, karena kebijakan pemerintah yang memble. Itulah sekularisme, merusak tatanan bernegara dan berbangsa, menghilangkan dan menguburkan keinginan orang untuk beragama secara layak dan benar. Dan mengganti pandangan hidup agama dengan agama sekuler.
Pada nilai sekular lainnya, telah menempatkan politik bernegara sebagai ajang kumpul suara, melalui pemilihan. Tidak dibatasi, siapa saja bisa mencalonkan diri, hinggga memudahkan seorang penjahat, penjudi, morfinis dan pelacur atau sejenisnya bisa mengajukan diri menjadi pemimpin bangsa, menghimpun kekuatan atas nama pembelaan terhadap bangsa, terbukti berapa banyak orang strees ketika tidak terpilih sebagai wakil rakyat, apa penyebabnya kalau bukan sedang menghayal bagaimana membagi bagi kue kekuasaan dan mengerogoti kekayaan negara.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar