Menjernihkan Potret Buram Pendidikan Indonesia
SEMINGGU ini
kita semua dikagetkan dengan serangkaian kejadian yang menyangkut sepak
terjang remaja kita. Belum lama ini, pihak kepolisian Garut, Jawa barat
mencokok dua anggota geng motor Brigez yang menjadi tersangka
pemerkosaan terhadap seorang gadis berusia 17 tahun.
Di
Jakatar, hari Kamis (26/04/2012), usai menjalani ujian nasional (UN),
sejumlah pelajar terlibat tawuran massal. Mereka saling serang dengan
menggunakan bambu, ikat pinggang berkepala besi, dan senjata tajam
lainnya. Tawuran juga terjadi di Cipinang Muara, Duren Sawit. Warga
mengejar para pelajar yang hendak tawuran hingga ke arah pemukiman.
Sementara
di Jatinegara, warga berhasil membubarkan tawuran yang hampir terjadi.
Seorang siswa berhasil diamankan oleh polisi akibat membawa senjata
tajam jenis golok di dalam tas.
Miris, sedih, pilu, menghiasi
perasaan kita saat menyaksikan berbagai fenomena yang menimpa dunia
pendidikan saat ini. Lihat saja fakta kecurangan UN kemarin, Kemendikbud
menrima 585 pengaduan kecurangan UN SMA, SMK (mediaindonesia.com,23/4).
Murid-murid semakin “lihai” untuk melakukan kecurangan, sisi lain
pengawas tidak terlalu peduli bahkan ditemukan ada yang tidur saat
mengawas. Penentuan batas nilai kelulusan menjadikan pihak yang terkait
melakukan kecurangan, menghalalkan segala cara demi kelulusan. Fenomena
ini selalu kita dengar setiap tahun, seolah menjadi suguhan rutin saat
UN. Hal lain yang menyesakkan bagi kita adalah ditemukannya LKS yang
berisi cerita vulgar dan tidak layak dikonsumsi oleh pelajar sekolah.
Masya Allah.
Generasi narkoba, freesex, aborsi, geng
motor, tawuran, masih mewarnai dunia pendidikan kita. Belum lagi siswa
sekolah yang bergaya hidup mewah, hura-hura, cinta mode, konsumeristik
dan individualistik. Rela mengeluarkan uang berjuta-juta demi menonton
boyband favoritnya baik lokal ataupun impor. Menangis dan histeris
bahkan sampai pingsan saat kehabisan tiket atau tidak bisa bertemu
idolanya. Pun konser-konser musik lokal seolah wajib untuk didatangi
langsung. Menjadi ritual yang biasa bagi remaja Indonesia. Parahnya
orangtua mereka pun mendukung dan merasa bangga saat anaknya muncul di
televisi dengan berjingkrak-jingkrak. Inilah sekilas potret buram
pendidikan Indonesia yang tidak lain merupakan buah dari penerapan
sistem pendidikan saat ini. Sebetulnya ini seperti fenomena gunung es,
yang tidak terlihat jauh lebih banyak.
Mengurai Masalah
Masalah
pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah. Sehingga
penting bagi kita untuk mengurai benang kusut tadi sebagai wujud
kepedulian terhadap kondisi negeri ini. Kualitas pendidikan sangat
terkait dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Diakui atau tidak,
saat ini Indonesia tengah menerapkan sistem Kapitalisme.
Walhasil sistem ekonomi, politik, sosial, termasuk
pendidikan semua bercorak kapitalistik. Penerapan sistem pendidikan
kapitalisme pastinya akan menghasilkan generasi yang materialistik,
individualistik dan konsumeristik. Kapitalisme selalu mengukur segala
sesuatu dengan materi, tidak peduli apakah itu dunia pendidikan atau
bukan. Menjadikan kesenjangan kaya dan miskin semakin melebar. Sehingga
muncul istilah “orang miskin dilarang sekolah!”
Hal ini karena biaya pendidikan yang melangit dan susah dijangkau
oleh si miskin. Selain itu, karena dorongan materi (uang) para penulis
buku pun tidak lagi memikirkan apakah bahan ajar yang ditulisnya bisa
merusak pola pikir siswa atau tidak. Selagi masih bisa menghasilkan uang
maka sekalipun itu merusak pola pikir siswa, tapi tetap dilakukan.
Gaya hidup serba bebas yang bersumber dari sistem kapitalisme pun
mendorong siswa untuk bergaya hidup mewah. Belum lagi para guru yang
mengajar untuk mengejar jumlah jam demi mendapatkan sertifikasi karena
gaji yang tidak mumpuni terutama guru honorer. Sehingga orientasi guru
tidak lagi mendidik dan mewujudkan generasi cemerlang, akan tetapi
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Inilah
sistem pendidikan Kapitalisme, dunia pendidikan kita dikomersilkan dan
menjadi ajang bisnis yang subur. Sungguh kompleks dampak penerapan
sistem Kapitalisme ini. Kepribadian siswa dilaburkan hanya demi meraup
keuntungan.
Menjernihkan yang Buram
Berbicara tentang
menjernihkan potret buram, pastilah berbicara tentang solusi. Tentunya
siapapun tidak menginginkan fenomena ini terus terjadi. Perlu ada solusi
real untuk mengubah kondisi ini karena bagaimanapun pendidikan
merupakan elemen yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa.
Kejayaan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi yang
membangunnya. Kualitas generasi berkorelasi pada mutu pendidikannya.
Jika pendidikan yang diterapkan berkualitas, maka akan mewujudkan generasi yang berkualitas juga, pun sebaliknya.
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Kesempurnaan Islam ini terbukti mampu mengubah generasi yang ummi (buta huruf) dan jahiliyah (bodoh/rusak)
menjadi generasi utama dan pelopor kemajuan kehidupan. Bahkan mampu
membangun generasi yang khas yang menyinari hampir seluruh bangsa di
dunia dan kejayaannya bertahan lebih dari sepuluh abad. Peradaban Islam
yang mulia dengan sistem pendidikannya, mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan
handal dan cerdas seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas,
Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Imam Syafi’i dan Muhammad Al Fatih. Inilah
sistem pendidikan Islam yang terjamin kualitas dan sudah terbukti
keberhasilannya. Kualitas pendidikan yang bagus mewujudkan
generasi-generasi seperti itu.
Sistem pendidikan Islam menjadikan
akidah Islamiyah sebagai dasarnya. Karena itu keimanan dan ketakwaan
juga akhlak mulia akan menjadi fokus yang ditanamkan pada anak didik.
Halal haram akan ditanamkan menjadi standar. Dengan begitu anak didik
dan masyarakat nantinya akan selalu mengaitkan peristiwa dalam kehidupan
mereka dengan keimanan dan ketakwaannya.
Jika pendidikan berlandaskan kepada aqidah Islam, maka setiap anak
didik akan selalu merasa diawasi oleh Allah setiap saat sehingga tidak
akan terjadi kecurangan, karena dirinya takut dengan sanksi dari Allah
Subhanahu Wata’ala kelak.
Saat tujuan hidup sudah terhujam kuat
pada setiap individu maka setiap generasi akan melakukan aktifitas yang
sesuai dengan Syariat Islam dan melakukan perbuatan-perbuatan yang
bermanfaat dan bisa mendatangkan pahala.
Mereka akan berfikir ulang jika melakukan freesex, mengkonsumsi
narkoba, tawuran ataupun geng motor. Dengan sistem pendidikan Islam,
maka akan mengantarkan generasi kita kepada derajat ketakwaan yang lebih
tinggi dan menebar kemashlahatan bagi manusia. Adapun tujuan dari
pendidikan Islam yang pertama yaitu mewujudkan generasi berkepribadian
Islam. Artinya pola pikir dan pola sikap setiap anak didik dan gurunya
senantiasa distandarkan pada Islam. Semua problem kehidupan berupaya
diselesaikan dengan Islam.
Tujuan pendidikan yang kedua adalah membentuk generasi berjiwa
pemimpin. Islam yang sempurna akan mendorong umatnya untuk menyebarkan
dan memperjuangkannya demi tegaknya Syariat Islam di muka bumi. Hal ini
yang akan menumbuhkan tanggungjawab dan kepemimpinan dalam diri setiap
generasi. Setiap generasi akan paham dengan firman Allah: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad) melaika untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”
(QS Al Anbiya:107) dan setiap generasi memahami betul bahwa hidup
adalah amanah dan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah, sesuai
dengan sabda Rasul: “Dan amir itu adalah pemimpin yg mengurusi urusan umat, dan dia bertanggungjawab dengan segala urusannya.” (HR Muslim).
Tujuan pendidikan yang ketiga yaitu mampu mengarungi hidup
berdasarkan aqidah Islam. Hal ini akan mendorong setiap generasi untuk
menghasilkan karya dan penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tentunya negara akan memfasilitasi hal ini.
Inilah
gambaran sistem pendidikan Islam, sistem yang agung yang berasal dari
Pencipta dan mampu menjernihkan potret buram pendidikan Indonesia.
Sistem pendidikan ini sejatinya hanya dapat diterapkan dalam suatu
negara yang mampu menerapkan Islam secara kaffah. Khilafah Rasyidah
Islamiyah, institusi yang bisa mewujudkan sistem pendidikan yang jernih
dan cemerlang. Saatnya satukan langkah untuk menegakkan Khilafah
Islamiyah. Dan ingatlah dengan seruan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu." (QS al-Anfal [8]: 24).Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar